Puluhan juta warga Amerika Serikat berbondong-bondong ke tempat pemungutan suara (TPS) untuk memilih presiden yang akan memimpin negara itu selama empat tahun ke depan.
Pemungutan suara itu dilangsungkan pada 5 November, dengan polling pertama ditutup pada pukul 18.00 sore waktu setempat.
Di AS, populasi negara itu tak cuma berasal dari penduduk asli Amerika. Sekitar 14,3 persen populasi AS merupakan warga negara asing (WNA). Jumlah ini setara dengan lebih dari 47,8 juta orang.
Apakah WNA bisa ikut nyoblos untuk pemilihan presiden (pilpres) AS?
Amerika Serikat memiliki regulasi bahwa para pemilih harus merupakan warga negara Amerika. Mereka yang ingin ‘mencoblos’ minimal berusia 18 tahun pada saat hari pemilihan dan berkewarganegaraan Amerika.
“[Pemilih] merupakan warga AS, harus tinggal di suatu negara bagian untuk melakukan pemungutan suara, setidaknya berusia 18 tahun, [dan] terdaftar sebagai pemilih,” kata Tabish Sultan, seorang warga negara bagian Illinois
Tabish Sultan merupakan keturunan India-Amerika yang tinggal di Kota Chicago. Dia lahir di Amerika Serikat dan karenanya terdaftar sebagai pemilih yang dapat mencoblos kandidat presiden.
Tabish telah melakukan pemungutan suara pada Selasa (5/11) pagi waktu Amerika menggunakan mesin digital.
Di Illinois, terdapat sejumlah pilihan untuk melakukan pemungutan suara, yakni menggunakan kertas suara, mesin digital, hingga pos.
“Alasan saya pribadi menggunakan digital adalah karena mudah untuk meninjau kandidat yang saya pilih. Ditambah lagi, sebagian besar tempat pemungutan suara di lokasi saya dilakukan melalui komputer demi kemudahan akses,” ujarnya.
Saat ditanya mengenai harapan terhadap pilpres kali ini, Tabish mengaku tak begitu memusingkan.
Ia berujar pemilihan presiden tak begitu memengaruhi kehidupannya sehari-hari, berbeda dengan pemilihan negara bagian dan lokal yang akan menelurkan kebijakan yang erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat setempat.
“Secara pribadi saya tidak terlalu peduli dengan pemilihan presiden ini karena saya lebih mementingkan pemilihan negara bagian dan lokal karena hal itu mempengaruhi keseharian saya dibandingkan pemilihan presiden,” ucapnya.
“Negara bagian saya akan selalu biru apa pun yang terjadi. Jadi bagi saya pribadi, jika pada akhirnya yang terpilih merah, hal itu tak menjadi masalah. Namun, jika menyangkut pemilihan lokal, tentu saya akan memedulikannya karena mereka bisa menerapkan hukum atau kebijakan yang memengaruhi pajak, jual beli properti, dan sebagainya,” tutup dia.
Biru yang dimaksud Tabish yakni istilah yang merujuk pada negara bagian yang dikuasai oleh Partai Demokrat. Illinois adalah salah satu basis utama Partai Demokrat, yang kini mengusung Wakil Presiden Kamala Harris sebagai calon presiden (capres).
Partai Republik sementara itu mengusung mantan Presiden Donald Trump. Negara-negara bagian yang didominasi Partai Republik disebut negara bagian merah.
Illinois sendiri pada dasarnya cenderung dikuasai oleh Partai Republik. Kendati demikian, sebagian besar penduduknya berada di kota-kota besar seperti Chicago. Kota-kota besar ini digenggam oleh Partai Demokrat sehingga hasil pemungutan suara di Illinois akan menjadi suara untuk kandidat Demokrat.