ESTELLEX – Pemerintah Rusia mengecam keras serangan jet tempur siluman F-35 Israel yang menghancurkan gedung Konsulat Iran di Damaskus, Suriah, pada Senin.
Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) mengonfirmasi tujuh anggotanya, termasuk dua jenderal senior, tewas dalam serangan tersebut.
Sedangkan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan total 11 orang tewas dalam serangan udara Israel tersebut, termasuk para milisi Hizbullah Lebanon.
“Kami mengecam keras serangan terhadap misi konsuler Iran di Suriah. Kami menganggap setiap serangan terhadap fasilitas diplomatik dan konsuler sama sekali tidak dapat diterima,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan, Selasa (2/4/2024).
“Rusia percaya bahwa tindakan agresif apa pun yang dilakukan Israel sama sekali tidak dapat diterima dan harus dihentikan,” lanjut kementerian tersebut, yang dilansir Sputnik.
“Kami mendesak para pemimpin Israel untuk menghentikan praktik tindakan kekerasan yang provokatif di wilayah Suriah dan negara-negara tetangga lainnya, yang dapat menimbulkan konsekuensi yang sangat berbahaya di seluruh kawasan,” imbuh pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia.
Gedung konsulat yang diserang berdekatan dengan gedung Kedutaan Besar Iran. Gedung konsulat itu juga dilaporkan menjadi kediaman duta besara Iran.
IRGC, dalam sebuah pernyataan, mengatakan bahwa komandan Pasukan Quds untuk operasi Suriah dan Lebanon Brigadir Jenderal Mohammad-Reza Zahedi dan wakilnya; Brigadir Jenderal Mohammad-Hadi Haji Rahimi berada di antara tujuh korban tewas.
Laporan media Iran, IRNA, menggambarkan kedua jenderal itu sebagai “penasihat militer senior Iran di Suriah.”
BACA JUGA : Rusia Hancurkan 3 Pesawat Tempur Ukraina
Lebih lanjut, IRGC merinci lima orang pengawal kedua jenderal tersebut juga tewas dalam serangan udara Israel, yakni Hossein Amanollahi, Mahdi Jalalati, Mohsen Sedaghat, Ali Agha Babaei, dan Ali Salehi Roozbahani.
Rezim Zionis Israel memilih bungkam atas serangan mematikan tersebut. Kebijakan bungkam ini terus digunakan dalam serangan mereka di Suriah, yang sudah sering terjadi sejak pasukan Iran dan milisi sekutunya hadir di negara itu untuk mendukung pemerintah Presiden Bashar al-Assad.